Sabtu, 08 November 2014

Kuliner Khas Suku Buton

  • Kasoami
 
Salah satu kuliner khas daerah Buton adalah Kasoami, makanan ini berasal dari olahan singkong. Biasanya makanan ini disajikan dengan ikan bakar ataupun ikan masak. Namun, lebih enak apa bila disajikan dengan ikan bakar dan sambal tomat (biasa di sebut colo-colo).

Falsafat Hidup Kesultanan Buton

            Falsafah hidup Kesultanan Buton ini lahir pada akhir abad ke-16 M, Di masa pemerintahan Sultan La Elangi Dayanu Ikhsanuddin (1578-1615 M). Beliau telah berhasil membuat UUD Kesultanan Buton yaitu Martabat Tujuh beserta peraturan pemerintah lainnya. Beliau juga berhasil membawa kesultanan Buton ke tingkat kehidupan politik, social budaya yang lebih maju dan berkembang.
            Adapun filsafat hidup Kesultanan Buton lebih mengutamakan Agama dari segalanya yang mana urutannya itu Agama, pemerintahan, Negara, diri sendiri, lalu yang terakhir harta. Dimana dapat dilihat dalam kalimat berikut:

Bahasa Daerah Buton Selatan 
mirip 
Bahasa Korea?




Bahasa Cia-Cia atau Bahasa Buton Selatan, ialah sejenis bahasa Austronesia yang ditutur di sekitar Kota Bau-Bau di selatan Pulau Buton. Pada tahun 2009, bahasa ini menarik perhatian dunia ketika Kota Bau-Bau menerima tulisan Hangul Korea untuk dijadikan sistem tulisan bahasa Cia-Cia. Dulunya, bahasa Cia-Cia menggunakan sejenis abjad Arab bernamaGundul yang tidak memakai tanda untuk bunyi vokal.
Inilah Kotaku Bau-Bau

Pelabuhan Murhum
Wantiro Kota Bau-Bau






Wantiro merupakan salah satu obyek wisata yang berada di kota Bau-Bau. Obyek wisata ini merupakan sebuah ruang publik yang dibangun oleh Pemerintah Kota Bau-Bau pada 2008.

Tari Mangaru


Tari Mangaru adalah tarian yang ditarikan oleh para lelaki kesatria yang berasal dari Buto. Tari ini merupakan adu uji nyali dan ilmu kebal badan. Tarin ini melambangkan keprkasaan dan keberanian sorang lelaki. Adapun makna dari tarian ini sebagai ungkapan tanda syukur dan kemakmuran juga tentu kejantanan. Dahulu tari ini rutin diadakan setiap kali usai musim panen dalam ritual yang dinamai Bongka a Ta U atau usai lebaran Idul Fitri.